friendship

friendship
persahabatan membuat kebahagiaan di selurh dunia

siapa sahabat terbaikmu..

Sabtu, 26 November 2011

STORY 4

Setelah pemeriksaan , karena hasilnya harus ditunggu dalam beberapa hari. Maka kami memutuskan untuk kembali ke rumah dahulu. Karena nanti katanya akan datang surat pemberitahuan.
Sejak saat itu, aku berpikir bahwa ini adalah yang sangat serius dalam hidupku. Sejak saat itu aku mulai rutin untuk memeriksakan diri, dan itu demi kebaikan jugakan. Sampai suatu malam, aku harus tidur dirumah sahabatku karena malam itu kami akan lembur , karena untuk persiapan lomba arsitektur. Saat itu ayah sedang dalam kondisi sakit, ya.. penyakit asam uratnya dan diabetesnya mulai meningkat. Sedangkan saya, saat -saat itu   kadang terlalu fokus dan lupa untuk memperhatikan ayah. Ya.. awalnya memang ayah juga yg menyuruh aku untuk tetap fokus. Karena dia memang sudah tau, kalau aku sangat menyukai arsitektur. Beberapa hari sebelum aku berangkat untuk perlombaan, aku menemani ayah dirumah. Ayah masih tetap sakit, dia yang dulunya gemuk sekarang tampak kurus. Masih, ingat suatu malam,ayah banyak berbincang denganku saat aku temani duduk di teras. Sambil memijit kaki ayah, saya mendengarkan beberapa pesan ayah yang masih saya ingat sampai sekarang, "Maaf nak, ayah sekarang tidak dapat menjagamu lagi, ayah, yakin, anak ayah pasti suda jadi orang yng kuat sekarang, pasti sudah menjadi lebih dewasa, dan bisa menjaga ibu, jangan askiti hati ibu, jangan juga membohongi dirimu sendiri,nak. Ayah tau kamu ingin seperti anak-anak yang lain kan?." Aku hanya menganggguk. Lalu ayah meneruskan pembicaraannya. "Tapi anak ku, jadi dirimu sendiri itu lebih baik, jangan suka meniru orang-orang, kamu punya kelebihan besar sebenarnya, tidak sperti orang lain., kamu itu lebih mengerti keadaa sekitar dari pada orang lain. Ayah lihat kamu, dapat memberi semangat kepada sahabatmu, memberi nasehat, teman berbagi, dapat memnyalurkan hobbym, itu baru anak ayah,. Ayah hany berharap kamu tetap jadi dirimu sendiri, jangan lupa kamu juga milik Allah, jadi selalu bersyukur, ya..". Aku terus mendengarkan ayah, kulihat ata beliau berkaca-kaca. Aku sempat berpikir, aku seperti waktu kecil dulu, selalu mendengarkan wajengan ayah. Karena aku sadar, sejak aku tumbuh dewasa, aku kadang lupa untuk sesekali lebih dekat dengan kedua orang tua. Lalu ayah melanjutkan "Nak, ayah tau kalau kamu sedih, kalau kamu senang, makanya kalau kamu sedih, ayah selalu ajak kamu keluarkan, coba lihat bintang malam ini. Tidak ada kan, itu karena langit kadang sejak ayah dari kecil, lebih mengerti perasaan ayah, ayah dulu anak paling ke 4 dari 6 bersaudara, tapi ayahlah yang selalu membantu kakekmu dan nenekmu, karena kalau bukan ayah siapa lagi. Jadi saat ayah sedih, atau senang , ayah selalu memandang langit.." "kenapa?" tanyaku pada ayah.."kenapa? karena ayah dulu tidak pernah dekat dengan orang tua, karena mereka sibuk, dan saudara ayah juga sibuk sendiri. Jadi, ya.. langit itu lah teman ayah, maksud dari langit itu adalah hanya Tuhan anakku. Kalau kamu sedih, kamu harus berdo'a pada-Nya, kalau kamu senang kamu juga harus berdo'a pada-Nya. SAtu lagi, jangan lupa teruslah membaca Al-Qur'an, kenapa ayah selalu keras , dan membuatmu menangis kalau belajar mengaji, karena ayah, tidak ingin anak ayah, tidak bisa, dan buta dengan agama, ayah tidak ingin anak ayah , jadi anak yang tidak karuan."  Aku melihat ayah, mulai meneteskan air matanya, dan aku juga ikut mulai sedih. "Nak, jangan kamu sia-siakan ya, ajaran ayah selama ini. Kamu bisa mengaji, ayah ajarkan wushu, ayah ajarkan menulis, ayah ajarkan bekerja, ayah juga mengajarkan menghormati." "Iya yah, ayah banyak mengajarkan banyak hal padaku". sahutku memotong pembicaraan ayah. "Nak, jangan lupa , jaga ibumu dan dirimu sendiri. Jaga orang disekitarmu tetap tersenyum, jika mereka tersenyum berarti mereka merasa nyaman,". Banyak lagi pembicaraanku dengan ayah diteras malam itu, Saat itu lah malam terakhir aku dengan ayahku. Karena malam selanjutnya, ayah sudah menghembuskan nafas terakhirnya, dan saat itu aku juga berada disamping ayahku yang baru beberapa jam masuk rumah sakit.

Sekarang, aku sudah hidup 20 tahun, Banyak sekali pejaran dari ayah dan juga ibu,. Dan aku sekarang harus meninggalkan ibu sendirian, untuk kuliah, Walau hanya berbeda kota, sekitar 4 jam perjalanan pulang dan pergi. Tetap saja aku harus mandiri. Awalnya ibu, memberikan aku pilihan, mau menruskan kuliah atau tidak., karena aku tau, ibu selalu saja khawatir dengan keadaanku.Tapi aku beri beberapa keyakinan dan penjelasan pada ibu, walau awalnya itu sulit, tapi akhirnya ibu pun, berani melepaskanku. Sampai sekarang aku, harus melakukan chek up rutin setiap bulan.  Namun, itu tidak mematahkan semangatku untuk tetap bercerita dan menjalani ceritaku seperti apa yang terlah di tuliskan Allah di Lauhul Mahfudz. Motivasi, yang selalu ditularkan ayah kepadaku dan kegigihan yang ditularkan ibu kepadaku, itu terus menjadi kekuatanku. Karena aku yakin, aku dapat menjadi anak yang berguna bagi mereka, dan selama restu mereka mendekap jiwaku, saat itu lah aku benar-benar mampu melakukan hal yang baik. Pertama kali melangkahkan kaki, diperkuliahan. Aku belum yakin sekuat apa aku, seperti yang ayah katakan dulu. Aku harus hidup sendiri, tidak hanya menunggu bulan dari ibu, tapi aku juga berusaha meringankan ibu, tidak punya teman satupun ditempat asing ini dan memulai semuanya dengan hal baru pernah aku lakukan, yaitu kemandirian. Aku harus menjaga diri sendiri. Akupun bertemu teman-teman yang awalnya sangatlah asing bagiku, tidak pernah mengenal mereka. Sama sekali. Ya.. mereka adalah teman-teman di jurusan perkuliahanku sekarang, Ananlok@. Itu sebutan keluarga kami sekarang ini. Sekarang aku, harus bertemu dengan mereka hampir setiap hari. Awalnya mencoba, beradaptasi dengan mereka, yang sebenarnya juga tidak pernah mengenal satu sama lain. Perlahan aku malu, pada mereka, karena aku tau, aku anak manja, anak yang punya kekurangan, tidak sepertimereka. Namun, akhirnya aku mulai merasakan kekeluargaan. Mereka menerimaku apa adanya.., ya.. aku sangat senang.

Berjalan beberapa waktu, aku terus merasanyaman dengan mereka semua. Karena, jika bukan mereka siapa lagi temanku disini. Tapi satu hal, yang aku putuskan untuk kusimpan pada mereka. Yaitu keadaanku yang sebenarnya. Karena aku ingat pesan ayah "Jangan berteman dengan rasa kasian, tapi bertemanlah karena kau benar-benar merasa nyaman nak,". Itulah yang selalu pegang kepada semua temanku. 

Kamis, 24 November 2011

STORY 3

Sejak SMA aku merasakan hal yang berubah dari kondisiku, satu tahun masih sehat seperti yang lainnya. Namun, satu saat sehabis mata pelajaran olahraga, kepalaku merasa pusing dan sangat pusing. Mual juga mulai  aku rasa saat itu. Setelah ganti pakaian, akupun berlari menuju kamar mandi sekolahku, baru sampai di depan pintu, hidungku mengeluarkan darah dan aku pun meuntahkan darah. Kepalaku semakin, sakit. Hal itu benar-benar mambuatku menangis menahan sakit itu, untung sja tidak ada orang yang masuk kekamar mandi saat itu. Degan mengatur nafas sebentar dan memijit-mijit kepala. Setelah beberapa menit kemudian, aku sudah merasa baikan. Aku basuh wajahku yang penuh dengan darah, walau hidungku masih mengeluarkan darah saat itu, baju putih yang terkena sedikit noda itu, juga aku cuci dengan sedikit air, agar tidak tampak. Aku pun berjalan keluar kamar mandi dengan sedikit kepala terhuyung karena agak pusing."Baru kali ini aku merasakan hal yang sesakit ini" kataku dalam hati.
Akhirnya, malam itu pun aku berangkat kerumah sakit untuk memeriksa apa yang aku alami. Ternyata dirumah sakit dikotaku tidak punya alat yang lengakap. Jadi, aku dianjurkan untuk memerikasakan diri di rumah sakit Banjarmasin. Akhirnya ayah dan ibupun menyusun rencana untuk berangkat besok pagi. Malam harinya, sehabis makan malam bersama ayah hanya diam, dan ibu juga hanya diam. Malam itu makan malam begitu sepi, tidak ada lelucon dari ayah lagi. Wajah ayah terlihats serius denga kaca matanya, ayah duduk dikursi pelataran rumah, sambil membuka laptopnya dan sepertinya sedang menggunakan internet, tidak tau apa yang sedang dia cari. Aku hanya ikut duduk diluar dan mengerjakan PR ku. Sekilas ayah memandang kearahku, lalu berkata "Jangan paksakan terlalu serius dulu belajar, bawa istirahat saja malam ini.., sudah, masuk sana,". Aku hanya diam, dan terus asyik dengan PRku, karena ku tau ayah jadi begitu aneh malam ini, karena kejadian yang aku ceritakan kemarin. Tidak pernah ayahku melarang aku belajar., dan tidak pernah juga ayah menyuruhku masuk kedalam rumah, kalau aku lagi didekatnya, dia pasti punya macam-macam cerita untuk diperbincangkan. Dan sebenarnya aku masih belum mengerti satu hal, mengapa selama ini jika aku asakit , ayahku merasa bersalah sangat luar biasa ? dan aku belum mengerti apa yang terjadi padaku sekarang dan dari dulu? Karena tidak ada penjelasan apapun lagi, setelah pertanyaanku dulu waktu kecil.
"Nak, sudah masuk sana, besok kita berangkat ke Banjarmasin, ayo..tidur sana sudah jam 10..", Aku juga sudah menyelesaikan PR ku, jadi aku masuk saja kedalam rumah menuruti kata ayahku. Aku masih merasa aneh dengan sikap ayahku. Aku berjalan menuju kamar, tiba-tiba aku tidak sengaja melihat ibu ku menangis, setelah sholat isya, aku melihatnya karena kamar ibuku pintunya sedikit terbuka. Aku bingung apa yang ibu tangiskan pada saat itu. Akupun lalu masuk kekamarku sendiri. Aku membaringkan tubuhku ditmpat tidur, sambil memandang langit-langit putih diatas kamar, aku jadi berpikir. "Malam ini sunyi ya, ayah sedang sibuk, ibu mengapabersedih ? dan semuanya diam saja, gak ada lagi canda sedikiiiit saja, tetap gak ada". Aku terus berpikir, apa ini akan sampai besok ya, wah gak asik jadinya. Aku pun juga terpikir, baru kali ini aku akan periksa kesehatan yang lebih intensif, sebenarnya apa yang aku derita ya.

Pagi pun datang menyapa dengan dinginnya, itu lah cirikhas dari kotaku,. Tidak salah sepertu orang bilang "Bandung van borneo". he Aku dan kedua orang tuakupun berangkat menuju Banjarmasin. Diperjalanan, ayah dan ibu asik sekali berbincang tenag sesuatu hal, karena saat itu aku tidak mendengar apa yang mereka perbincangkan. Karena aku lagi asyik, membaca buku dan mendengarkan musik dikursi belakang. Akhirnya kami pun sampai dirumah sakit. Ternyata dokter yang akan memeriksaku itu adalah sahabat karib ayahku dari kecil sejak di Bandung. 

Rabu, 23 November 2011

STORY 2

Malam itu di rumah sakit, ayah dengan tangannya yang masih terbabat dengan perban dan kayu penopang, ikut tidur dikamarku. Aku masih belum dapat bergerak sedikitpun. Dokterpun datang, beliau ternyata juga teman lama ayahku. Beliau adalah dokter organ, dan seorang lagi dokter saraf yang tak kalah tua dari dokter organ itu.he. Datang memeriksa keadaanku saat itu. Setelah beberapa menit berlalu akhirnya laporan lab dan hasil periksa awal dari dokter pun  keluar. Ayahpun dan ibu dipanggil keruangan dokter. Tidak begitu lama, mereka kembali dengan didampingi dokter dan perawat. Aku lihat wajah ayah begitu sayu dan mata beliau berkaca-kaca. "Maafkan ayah nak, ayah minta maaf.. semuanya salah ayah..," ayahku datang dan lansung memelukku. Ibu yang berdiri dibelakang, hanya menangis kecil sambil memeluk tante yang ada disampingnya saat itu. Aku hanya diam, dan bingung dengan apa yang terjadi. Malam itu, Apa yang dikabarkan dokter , pada kedua orang tuaku..? Apa ini tentang keadaaku, ya.. bagaimana keadaanku..?

Hampir 1 minggu aku berbaring, ditempat tidur, Namun, syukurlah aku sudah  mulai dapat berbicara.  Perlahan-lahan badanku yang dulunya masih lemah, sudah dapat digerakkan. Aku mulai berlatih melambai, aku merasa sepeti orang lumpuh saja, Dan setelah itu kakipun mulai berlatih bergerak dan berjalan. Selama 1 bulan aku, harus berada dirumah sakit, dan satu bulan latihan bergerak dirumah. Sampai akhirnya aku, dapat kembali bergerak dengan normal. Aku bisa berlari, bermaind dengan teman-teman lagi. Dan itu sangat menyenangkan.

Suatu malam, kau teringat. Ayah dan ibu belum menjawab pertanyaanku dulu, sejak berada dirumah sakit. Saat makan malam, akupun menanyakan hal itu kembali. Makan malam yang seblumnya asyik mendengar cerita ayah tentang pekerjaannya, Tiba-tiba saja terdiam sunyi, setelah aku bertanya tentang hal itu. Ayah hanya diam, dan terus makan. Dengan cepat beliau menyelesaikan makannya. Aku menjadi bingung kembali, karena tidak ada menjawab pertanyaanku itu. Lalu ibu berkata "dit, habiskan makanmu dulu,, lalu cuci tangan nanti mama ceritakan". "Iya mam" jawabku.
Ternyata ayah sudah berganti pakaian, "Dit, ayo ikut abah jalan, malan ini abah gak ada kerjaan..",. Aku pun menurut. Dari balik dapur, sambil mencuci pring sehabis mkan, ibu melihat kami berdua berjalan menuju pintu. "Jangan pulang kemalaman ya,bah.". "Iya, ma" sahut ayah. Hanya berjalan kaki, karena rumah kami tidak jauh dari tempat-tempat penting dikotaku, seperti pasar,cafe, taman,.
Ayah mengajakku ketaman bermain, dengan membelikan aku es krim coklat, yang sangat aku sukai., Kami duduk dibangku taman. dan aku duduk di samping ayah. Sambil menonton orang-orang yang lagi foto dan bermain dengan keaksihnya, anak-anaknya ditaman itu. Aku duduk sambil mengayunkan kakiku, yang masih kecil, karena aku masih kecil.he Ayah, menunjuk kelangit "Nak, coba lihat itu bintang apa ?.." seperti yng biasa ayah lakukan dibelakang rumah dipondokan kecil yang kami bangun berdua. "Hmm, itu cancer kan, bah. Ada tiga bintang kecil yang membuat satu garis." itu yang dulu pernah ayah katakan padaku dan malam itu aku menirunya. he "Wah, pinter kau nak,.". "Dengar baik-baik ya, ayah ingin jawab pertanyaanmu tadi waktu makan malam". Padahal aku lupa, tentang pernyataan, saat itu. "iya, bah..". "Ayah, yakin anak ayah ini pasti orang yang paliiing kuat didunia, orang paling hebaaaat, didunia ini nantinya, ya..". Aku hanya memangdang ayah dengan kebingungan. "Terus, kemarin dokter bilang dengan ayah, kalau kepala didit ada terbentur dan itu penyebabkan ada serangan dari penyakit nantinya, jadi anak ayah, harus jaga kepalanya baik-baik ya.." Ayah menjelaskannya sambil, melambai-lambaikan tangannya, untuk menggambarkan apa yang dia jelaskan agar aku mengerti. "Serangan, bah,,?". "Iya, serangan pasukan penyakit yang bisa membuat didit sakit, jadi didit harus menyiapkan senjata sekarang, ayah juga akan bantu. ya.." Jelas ayah dengan matanya yang berkaca-kaca. "mmmm.. iya yah" jawabku, walaupun hanya sedikit yang kupaham saat itu tentang penjelasan ayah. Tiba-tiba ayah mengalihkan pembicaraan, beliau lalu bercerita tentang orang yang selalu senyum itu akan selalu sehat dan makna bintang cancer itu. Itu adalah bintangku ternyata..,he
Tak terasa hampir jam 10 malam kami berduduk di taman, aku sempat berbaring karena sudah mengantuk. AKhirnya ayah membawaku untuk pulang kerumah. Sesampai dirumah, kulihat ibu masih didepan televisi, kulihat mata ibu memerah. Tapi karena kau ngantuk sekali, jadi aku langsung saja beranjak kekamar. Sebelum tidur, ibu datang kekamar. Dan seperti biasa,,, satu cerita lagi sebelum itdur, Tapi ternyata ibu tidak bercerita malam ini. "TIDur ya, nak.".. Namun, ternyata ayah, yg akan memberikan cerita kepadaku.Ayah bercerita tentang hantu,, dan hewan-hewan yang bisa bicara, itu lah yang tidak aku suka kalau ayah bercerita.. ya.. cerita hantu...he, Mata ku mulai sangat mengantuk, dan sambil terpejam,ayah yang sudah selesai bercerita, mencium keningku, aku padahal masih sadar saat itu. "Maaf ayah nak, karna ayah kamu hars mengalami hal ini., "kata ayah didekatku. Mata ku sambil mengintip ayah, ternyata ayah menangis. Lalu dia beranjak keluar kamarku, dan mematikan lamputerang dan diganti dengan lampu tidur yang berbentuk kodok hijau. Akupun tertidur, walaupuntidak bertanya apapun, karna dulu aku tidak terlalu mengerti.